Kesiapan pasangan untuk menjalani setiap fase dalam pernikahan akan
menentukan kualitas dan keberlangsungan hubungan. Penting bagi pasangan
untuk memahami apa yang terjadi dalam hubungan di beberapa fase dalam
pernikahan.
Konselor/terapis pernikahan dan keluarga, Carolyn
Gerard, MA, MFT, mengatakan saat masih berpacaran, pasangan memiliki
komitmen tinggi untuk menjaga hubungan. Pasangan saling memprioritaskan
dan menghargai kebutuhan demi menjaga hubungan. Namun, begitu menikah,
riset di Amerika menunjukkan, setengah dari pernikahan berakhir pada
perceraian, terutama pada tahun kedua, ketujuh dan hari jadi pernikahan
ke 20. Apa sebenarnya yang terjadi dalam hubungan?
1. Fase bulan madu.
Fase
ini merupakan periode ideal dalam pernikahan. Pasangan cenderung
memiliki perasaan positif. Hubungan pun selalu romantis. Pasangan selalu
membicarakan berbagai hal yang belum pernah mereka bahas sebelumnya.
Pasangan menikah saling memahami dan menghargai pandangan masing-masing.
Pada fase inilah pasangan merasakan jatuh cinta yang mendalam, sehingga
sikap mereka pun cenderung lebih toleran, fleksibel, terhadap
pasangannya. Pasangan menjadi prioritasnya. Sehingga anggapan bahwa
cinta mengalahkan segalanya, berlaku pada fase ini. Kalau pun muncul
konflik, pasangan menikah di tahapan bulan madu ini akan fokus menjadi
solusi. Fase ini berlangsung antara enam bulan hingga dua tahun.
2. Fase penyesuaian.
Fase
ini paling menantang dalam hubungan pernikahan. Pasangan menikah tak
lagi melihat dirinya masing-masing sebagai partner. Konflik dalam
hubungan umumnya terjadi seputar masalah seks, intimasi, uang, rasa
aman, dan masalah anak.
Psikolog Azin Nasseri mengatakan,
"Tingginya angka perceraian lebih banyak berkaitan dengan cara pasangan
menghadapi konflik. Kurangnya kemampuan dan pengetahuan mengenai cara
membangun hubungan yang sehat. Termasuk cara memahami dinamika cinta
yang alami terjadi."
Kalau saja pasangan mampu dan berkomitmen
mengatasi konflik yang membuat mereka merasa kesepian, juga memutuskan
untuk mengatasi rasa takit, marah dan penolakan, mereka bisa melewati
fase ini lebih baik. Pasangan pun akan memiliki komitmen baru dalam
hubungan, dan memiliki apresiasi lebih tinggi juga cinta pada
pasangannya.
3. Fase kekosongan.
Fase ini
menandai hari jadi pernikahan ke-20. Pasangan menikah secara perlahan
melepas tanggung jawabnya mengasuh anak. Anak-anak mulai beranjak
dewasa, bahkan mulai bisa hidup mandiri. Pada periode ini, pasangan
menikah mulai memikirkan apa yang ingin dilakukan bersama menikmati
kehidupan berikutnya.
Sebagian pasangan mulai merasa kosong dan
kehilangan arah. Beberapa bahkan mulai melakukan konseling pernikahan
karena ancaman dari pasangan mulai muncul. Seperti pasangan mengancam
akan pergi meninggalkannya jika tak juga ada perubahan dalam pernikahan,
terutama jika terjadi konflik.
Nasseri mengatakan fase ini
merupakan saat tepat bagi pasangan menikah untuk mendefenisikan kembali
hubungan mereka, dan membuat prioritas baru. Pasalnya, hubungan pasangan
menikah pada tahap ini telah "naik kelas".
Pasangan menikah
yang memiliki hubungan harmonis pada tahap ini adalah mereka yang saling
menghargai satu sama lain, menerima, dan menginginkan bersama dengan
pasangan. Mereka mampu menjawab berbagai tantangan dalam pernikahan,
bersama-sama.
Sabtu, 16 Maret 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar